Rabu, 09 Januari 2013

Rel kereta Batu Bara

Kereta Batu Bara, yang Hening menunggu Pasif

                   Zaman kolonial belanda, Kereta dibangun menjadi bagian transportasi yang mewah dan massal, ada kereta penumpang dan kereta batu bara. kereta penumpang beroperasi untuk wilayah pesisir dan kereta batu bara, hadir dan bertugas di kawasan tambang batu bara >> Sawahlunto. pada saat itu, kota tambang menjadi sentral keramaian dan sentral pekerjaan bagi pribumi minang, rakyat begitu makmur dan sejahtera. namun, pemandangan ini sempat menghilang lantaran batubara sawahlunto telah dikeruk dan digali habis - habisan oleh kompeni. yang tinggal hanyalah bangunan - bangunan belanda, yang dulu sempat meramaikan dan mengembangkan sawahlunto.
                 habisnya batubara menimbulkan efek domino bagi kehidupan yang lain, menimbulkan efek berantai kepada aspek yang lain. sawahlunto ditinggalkan dari penglihatan pekerja karena tak ada lagi hasil yang akan digali (batubara), dan itu pula yang mengakibatkan kereta batu bara tidak beroperasi. lalu sekarang pertanyaannya adalah apakah kita akan membiarkan rel - rel kereta belanda menjadi hiasan pandangan saja, masih adakah kemungkinan untuk pengoperasian kembali. menjadi kereta umum, ataupun kereta wisata (walaupun bagian pesisir telah mewujudkan hal itu). khusus untuk jalur kereta batu bara, apakah kita akan membiarkan begitu saja rel - rel yang dulu pernah jaya dengan batubara di gerbongnya.
               Mungkin saja, kompeni hanya menempatkan rel itu untuk jalur batubara mereka, bukan untuk jalur transportasi. namun, jika kita lakukan perubahan sedikit saja, maka apa yang kita dapat! mungkin saja kita membangun (memperbaiki)  kembali stasiun kereta utama untuk jalur  batubara, dan menyatukan sistem menjadi terpadu dan terpusat, dengan satu label kereta wisata minangkabau, kita bisa menciptakan lapangan kerja baru, promosi wisata dan event - event lainnya. 
              Daripada kita hanya bermenung, berlalu-lalang  melewati rel, dan membayangkan apa yang bisa kita lakukan dengan keberadaan rel tersebut. lebih baik kita gunakan dan kita revitalisasi, kita bisa bekerja sama dengan pemerintah pusat, kementrian dan juga investor lokal maupun asing yang tertarik dan yakin dengan dioperasikan kembali rel kereta batubara. jika saja bisa, kita lebih kurang telah menghemat dan juga membuka lapangan kerja kembali, persis sama seperti yang telah kita lakukan pada zaman kompeni.
              Semua keputusan dan resiko bergantung kepada kita, kita sebagai pemuda - pemudi minangkabau dan juga sebagai daerah dengan potensi yang tidak kalah dengan tempat wisata yang top lainnya. berani atau tidak adalah jawaban yang harus kita pilih, dan setiap jawaban hanya ada satu pilihan yang harus dipikirkan matang perencanaan awal, eksekusi dan juga keberlanjutannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar